IHSAN DALAM KEHIDUPAN UMAT ISLAM
Tiga Aspek Pokok Dalam Ihsan
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah, muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan.
1. Ibadah
2. Muamalah
Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
a. ihsan kepada kedua orang tua
b. ihsan kepada karib kerabat
c. ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat
e. ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia
g. ihsan dalam hal muamalah
h. ihsan dengan berlaku baik kepada binatang
3. Akhlak
Ciri-ciri Kelebihan Ihsan :
- Mentaati perintah dan larangan Allah SWT dengan ikhlas
- Senantiasa amanah ,jujur dan menepati janji
- Merasakan nikmat dan haus akan ibadah
- Mewujudkan keharmonisan masyarakat
- Mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.
Cara Penghayatan Ihsan Dalam kehidupan :
- Menyembah dan beribadah kepada Allah
- Memelihara kesucian aqidah tidak terbatal
- Mengerjakan ibadah fardhu ain dan sunat
- Hubungan baik dengan keluarga,tetangga dan masyarakat
- Melakukan perkara-perkara yang baik
- Mengamalkan sifat-sifat mahmudah
- Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
Ihsan itu ialah bahawa “kamu menyembah Allah seolah-olah kamu
melihat-Nya,tetapi jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia
melihat kamu.”
Ihsan juga adalah melakukan ibadah dengan khusyuk,ikhlas dan yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi apa yang dilakukannya.
Hadist riwayat muslim”dari Umar bin Khatab ia berkata bahwa
mengabdikan diri kepada Allah hendaklah dengan perasaan seolah-olah anga
melihat-Nya,maka hendaklah anda merasa bahwa Allah melihatmu.”
Ihsan ( ناسحI ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti
“kesempurnaan” atau “terbaik.” Dalam terminologi agama Islam, Ihsan
berarti seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan
jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut
membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu Iman,Islam, dan
Ihsan. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan
itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang
sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari keislamannya.
Lalu bagaimana caranya? Dalam merealisasikan ihsan bagi mahluk
sosial seperti manusia, khususnya kaum muslim ialah dengan cara berbuat
baik. Karena dengan pemahaman ihsan ini kita merasa selalu diawasi oleh
Allah Yang Maha Melihat, dengan begitu kita tidak akan mau melakukan
perbuatan buruk, kalaupun sampai terbersit maka tetap saja kita tidak
akan mau mengerjakannya disebabkan Ihsan tadi. Selain berbuat baik Ihsan
juga merupakan salah satu cara agar kita bisa khusyuk dalam beribadah
kepada Allah. Kita beribadah seolah-olah kita melihat Allah. Jika tidak
bisa, kita harus yakin bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu melihat
kita.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa
yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada
urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal
perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di
sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS.Qaaf : 16-18)
“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.”(QS.Al Fajr : 14)
Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia
berusaha membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia
malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin Allah melihat
perbuatannya.
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (QS.Al-Baqarah:284).
Dalam Al-Qur`an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan dan
implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia
dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat
istimewa dalam Al-Qur`an. Rasulullah pun sangat memberi perhatian
terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ia merupakan puncak harapan dan
perjuangan seorang hamba. Puncak semua pengajaran yang dilakukan Rasul
pun mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan
akhlak yang mulia. Bahkan, di antara hadist-hadist mengenai ihsan
tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama
ini. Rasulullah saw. menerangkan mengenai ihsan ketika ia menjawab
pertanyaan Malaikat Jibril tentang ihsan dimana jawaban tersebut
dibenarkan oleh Jibril, dengan mengatakan, “Engkau menyembah Allah
seakan- akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat
melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu.”(HR. Muslim )
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target
seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak
mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal
untuk menduduki posisi terhormat di mata Allah swt.
Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah
telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh,
bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan
baik.”(HR. Muslim )
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat ihsan, serta
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”(An-Nahl: 90 )
Tiga Aspek Pokok Dalam Ihsan
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah, muamalah, dan akhlak. Ketiga hal inilah yang menjadi pokok bahasan dalam ihsan.
1. Ibadah
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan
semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan
cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan
adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang
hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi
dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran
penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia merasa bahwa ia
sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba
merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia
dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna,
sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah
maksud dari perkataan Rasulullah saw yang berbunyi,
“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan
jika engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu
sendiri sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan
tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya
seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan
isteri, meniatkan setiap yangmubah untuk mendapat ridha Allah, dan masih
banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah saw. menghendaki umatnya
senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia
ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.
2. Muamalah
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-Nisaa’
ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut, “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahayamu.”
Kita sebelumnya telah membahas bahwa ihsan adalah beribadah kepada
Allah dengan sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak
dapat melihat-Nya, maka Allah melihat kita. Kini, kita akan membahas
ihsan dari muamalah dan siapa saja yang masuk dalam bahasannya.
Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
a. ihsan kepada kedua orang tua
b. ihsan kepada karib kerabat
c. ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin
d. ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat
e. ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya
f. ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia
g. ihsan dalam hal muamalah
h. ihsan dengan berlaku baik kepada binatang
3. Akhlak
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan
muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila
ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam
hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah
seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka
sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai
oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah.
Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga
mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas
dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang —yang
diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya– maka kita akan menemukannya
dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama
manusia, lingkungannya, pekerjaannya, keluarganya, dan bahkan terhadap
dirinya sendiri. Berdasarkan ini semua, maka Rasulullah saw. mengatakan
dalam sebuah hadits, “Aku diutus hanyalah demi menyempurnakan akhlak
yang mulia.”
Ciri-ciri Kelebihan Ihsan :
- Mentaati perintah dan larangan Allah SWT dengan ikhlas
- Senantiasa amanah ,jujur dan menepati janji
- Merasakan nikmat dan haus akan ibadah
- Mewujudkan keharmonisan masyarakat
- Mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.
Cara Penghayatan Ihsan Dalam kehidupan :
- Menyembah dan beribadah kepada Allah
- Memelihara kesucian aqidah tidak terbatal
- Mengerjakan ibadah fardhu ain dan sunat
- Hubungan baik dengan keluarga,tetangga dan masyarakat
- Melakukan perkara-perkara yang baik
- Mengamalkan sifat-sifat mahmudah
- Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
Kesimpulannya, ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah,
dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini
tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar
sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di
mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka
yang telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya.
Semoga kita semua dapat mencapai hal ini, sebelum Allah swt. mengambil
ruh ini dari kita.
SIFAT OPTIMISTIK PELAJAR
Sebagai penganut Agama Islam,Allah dan Rasul-Nya menyuruh agar kita memiliki sifat optimistik .Optimistik termasuk akhlak terpuji.Orang yang memiliki sifat optimistik selalu bersemangat dalam hidupnya. Ia juga rajin belajar dan bekerja untuk meraih sukses dalam mencapai cita-cita.
Ada tiga macam sifat optimistik iaitu:
Apabila kita seorang pelajar, maka kita harus selalu optimistik dalam belajar. Rajin dan bersungguh-sungguh dalam belajar dan berdoa,maka hasil ulangannya akan baik.
2. Dalam bekerja
Dalam surat Ar-Ra'd ayat 11 disebutkan: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri"
Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa kita harus bekerja dengan sungguh-sungguh jika ingin ada perubahan kehidupan yang lebih baik pada diri kita. Kita harus optimistik dengan hasil yang akan kita peroleh dari pekerjaan kita.
3. Dalam beribadah
Sebagai penganut Agama Islam,Allah dan Rasul-Nya menyuruh agar kita memiliki sifat optimistik .Optimistik termasuk akhlak terpuji.Orang yang memiliki sifat optimistik selalu bersemangat dalam hidupnya. Ia juga rajin belajar dan bekerja untuk meraih sukses dalam mencapai cita-cita.
Ada tiga macam sifat optimistik iaitu:
- dalam belajar
- dalam bekerja
- dalam beribadah
Apabila kita seorang pelajar, maka kita harus selalu optimistik dalam belajar. Rajin dan bersungguh-sungguh dalam belajar dan berdoa,maka hasil ulangannya akan baik.
2. Dalam bekerja
Dalam surat Ar-Ra'd ayat 11 disebutkan: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri"
Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa kita harus bekerja dengan sungguh-sungguh jika ingin ada perubahan kehidupan yang lebih baik pada diri kita. Kita harus optimistik dengan hasil yang akan kita peroleh dari pekerjaan kita.
3. Dalam beribadah
Ketika kita melakukan ibadah sholat atau ibadah puasa,maka kita harus optimis bahwa ibadah kita akan diterima Allah SWT. Oleh karena itu,dalam melaksanakan ibadah hendaknya kita kerjakan dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Jika kita beramal dengan memberikan sedekah kepada fakir miskin,maka kita harus optimistik bahwa wang yang kita sedekahkan itu dapat memberikan manfa'at bagi fakir miskin tersebut.
PANDANGAN FUQAHA TENTANG TANAH WAQAF
Para ulama bersepakat menyatakan bahawa pewakaf mempunyai
bidang kuasa yang luas untuk melantik sesiapa sahaja bagi mentadbir dan
menguruskan harta wakafnya. Pewakaf boleh melantik dirinya sendiri sebagai
pemegang amanah atau menyerahkan amanah ini kepada orang yang menerima wakaf,
atau selain daripada keduanya. Jika sekiranya pewakaf meletakkan sesuatu syarat
kepada mereka yang dilantik, maka pemegang amanah itu hendaklah melaksanakan
syarat dan mematuhi segala ketetapan yang dibuatkan oleh pewakaf. sebaliknya,
jika pewakaf tidak menentukan kepada mana-mana pihak untuk menguruskan harta
wakafnya, maka pihak hakim atau kerajaan yang akan menentukannya.
Ini adalah pandangan ulama mazhab Maliki dan ulama mazhab Syafi‘i. Namun kebanyakan fatwa menyebutkan bahawa wakaf bagi tujuan umum atau tujuan khusus yang ditentukan, hak untuk mentadbir harta berkenaan adalah di tangan hakim.
Ini adalah pandangan ulama mazhab Maliki dan ulama mazhab Syafi‘i. Namun kebanyakan fatwa menyebutkan bahawa wakaf bagi tujuan umum atau tujuan khusus yang ditentukan, hak untuk mentadbir harta berkenaan adalah di tangan hakim.
Pada pandangan mazhab Hanbali, sekiranya pewakaf telahpun
menentukan secara khusus pihak yang akan menerima wakaf dan setiap mereka ada
bahagiannya, maka penerima wakaf itu sendiri adalah pemegang amanah bagi tanah
yang diwakafkan kepadanya. Berbeza dengan tanah wakaf Am yang tidak ditentukan
penerima wakafnya seperti wakaf untuk masjid, fakir miskin, maka hakim atau
pembantunya selaku nazir atau pemegang amanah ke atas harta berkenaan.
Terdapat juga pandangan fuqaha Hanbali bahawa hak
pengawalan harta tersebut adalah tertakluk kepada mereka yang menerima wakaf,
sekalipun tidak disyaratkan.
Menurut mazhab ulama Hanafi, pewakaf adalah pihak yang bertanggungjawab
terhadap apa jua urusan ke atas harta yang diwakafkan, sama ada wujudnya syarat
atau sebaliknya. Kemudian berpindah kepada orang yang diwasiatkan oleh pewakaf
jika ada. Jika tidak hakim akan mengambil alih tugas tersebut.
Pandangan ini merujuk kepada konsep wakaf itu sendiri bahawa hak milik harta yang diwakafkan tetap kekal di tangan pewakaf. Manakala pandangan yang mengatakan bahawa pihak yang menerima wakaf akan menjadi pentadbir dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap harta berkenaan, kerana sesuatu yang diwakafkan itu tidak lagi menjadi miliknya. Maka kuasa mentadbir akan terserah kepada orang yang diwakafkan atau kepada kadi.
Pandangan ini merujuk kepada konsep wakaf itu sendiri bahawa hak milik harta yang diwakafkan tetap kekal di tangan pewakaf. Manakala pandangan yang mengatakan bahawa pihak yang menerima wakaf akan menjadi pentadbir dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap harta berkenaan, kerana sesuatu yang diwakafkan itu tidak lagi menjadi miliknya. Maka kuasa mentadbir akan terserah kepada orang yang diwakafkan atau kepada kadi.
Bagi mazhab Hanafi, pewakaf adalah pihak utama yang
memegang kuasa pelantikan pentadbir yang difikirkan sesuai dan layak untuk
mentadbir harta wakafnya. Pihak lain tidak boleh mencampuri urusan ke atas
harta tersebut. Ini bermakna urusan pentadbiran harta wakaf adalah masih
tertakluk kepada pemilik harta berkenaan atau pewakaf, selama dia masih hidup.
Peranan pentadbir hanyalah sebagai wakil kepada pewakaf dan pewakaf boleh
menggugurkan jawatan atau hilang kelayakan pentadbir tersebut jika difikirkan
tidak sesuai.
BIDANGKUASA PENTADBIR HARTA WAQAF
Seseorang yang dilantik sebagai pentadbir harta wakaf
hendaklah menjalankan amanah dan melangsungkan syarat-syarat atau niat
dikenakan oleh pewakaf selagi syarat tersebut tidak bercanggah dengan hukum
syarak. Berikut ialah beberapa perkara yang tidak boleh dilakukan oleh
pentadbir dan menjamin harta wakaf daripada disalahgunakan:
i.
Tidak boleh disewa atau dipajak
oleh pentadbir sendiri
ii. Tidak disewa dari kalangan ahli
keluarga sendiri pewakaf dan pentadbir terlibat sama dalam urusan tersebut,
kecuali dinaikkan harga dari harga pasaran
iii. Harta wakaf tidak boleh digadai
jika keadaan ini boleh menjejaskan pendapatan biasa yang diterima oleh pewakaf
iv. Pentadbir harta wakaf tidak boleh
sama sekali mengubah syarat tanah dari tanah pertanian kepada tanah perusahaan
atau sebaliknya kecuali dengan persetujuan daripada kerajaan
v.
Pentadbir tidak boleh memberikan
harta wakaf kepada pihak lain sebagaimana yang ditetapkan oleh pewakaf
vi. Arahan daripada pihak penerima
wakaf tidak boleh dijadikan alasan untuk menukar atau meminda apa-apa syarat
kecuali jika ada alasan yang munasabah demi menjaga kebajikan dan masa depan
harta itu sendiri.
SHEIKH ZUBEIR AL-FILFULANI - MADRASAH AL-AKHLAK AL-ISLAMIAH - 1946-1948
Sejak usia sekitar tujuh tahun lagi Zubeir bin Ahmad memasuki salah
sebuah Madrasah Islamiyah di negerinya. Pendidikan ilmu-ilmu asas
seperti fiqh, akidah, tilawah al-Quran dan lain-lain dipelajarinya sejak
usia tersebut. Pada tarikh 10 Muharam 1339 H/23 September 1920 M,
Zubeir melanjutkan pelajarannya di Madrasah Al-Masyhur Al-Islamiyah di
Pulau Pinang.
Beliau belajar daripada Syeikh Abdur Rahman Firdaus al-Makki, Syeikh Muhammad Radhi al-Makki, Saiyid Ahmad Dahlan al-Makki, Syeikh Abdullah al-Ghadamsi al-Maghribi, Syeikh Tahir Jalaluddin al-Minankabawi al-Falaki dan Syeikh Husein Rafi'. Zubeir tamat belajar di madrasah tersebut pada bulan Syaaban 1342 H/Mac 1924 M. Kemudian beliau bersama kawan-kawannya melanjutkan pelajaran ke Mekah. Mereka ialah Ali Manshuri, Ahmad Manshuri, Ishaq Zain dan Abdul Majid Husein.
Sampai di Mekah mereka tinggal bersama Syeikh al-Qadhi Ahmad Qari. Mereka tiba di Mekah pada malam awal bulan Ramadan 1342 H/5 April 1924 M.
Pada bulan Syawal 1342 H/Mei 1924 M, Zubeir dan rakan-rakannya memasuki Al-Madrasah Hasyimiyah Syarif Husein bin Ali. Mereka mendapat pendidikan khusus daripada lima ulama iaitu Syeikh Umar Ba Juneid, Syeikh Jamal al-Maliki, Syeikh Habibullah asy-Syanqithi, Syeikh Muhammad Zaidan asy- Syanqithi dan Syeikh Umar Hamdan al-Mahrasi.
Pada tahun 1344 H/1925 M mereka sempat belajar di Madrasah Ash-Shaulatiyah sehingga mereka keluar dari madrasah itu pada tahun 1349 H/ 1930 M. Sewaktu di Madrasah Ash-Shaulatiyah itulah barangkali Zubeir mula bersahabat dengan Saiyid Muhsin bin Ali al-Masawi al-Huseini yang memasuki Madrasah Ash-Shaulatiyah tahun 1341 H/1923 M.
Para gurunya di Madrasah Ash-Shaulatiyah ialah Syeikh Salim Rahmatullah, Syeikh Mahmud Arif al-Bukhari, Syeikh Abdul Lathif al-Qari, Syeikh Hasan bin Muhammad al-Masyath, Syeikh Mukhtar Makhdum, Syeikh Abdullah al-Bukhari.
Selain mendapat pendidikan di madrasah, Zubeir juga mendapat pendidikan di Masjid al-Haram dan dengan ulama-ulama tertentu di rumah. Di antara guru beliau yang dapat dikesan ialah Syeikh Sa'id Yamani, anaknya Syeikh Hasan Yamani, Saiyid Abdullah Shalih az-Zawawi, Syeikh Muhammad Ali al-Maliki, Saiyid Shalih Syatha, Syeikh Muhammad al-Arabi at-Tubbani dan ramai lagi.
Daripada senarai nama para guru sejak dari Pulau Pinang hingga pendidikan di Mekah tidaklah diragui bahawa Syeikh Haji Zubeir adalah seorang putera Pulau Pinang yang cukup banyak mengumpulkan ilmu pengetahuan dalam berbagai-bagai bidang.
Madrasah Dar al-Ulum
Setelah tamat belajar di Madrasah ash-Shaulatiyah Syeikh, Zubeir menjalankan aktiviti mengajar di rumah dan di Masjid al-Haram, Mekah. Beliau mengajar ilmu-ilmu alat dan fiqh dalam Mazhab Syafie. Dalam Tasynif al-Asma juga disebut bahawa pada tahun 1352 H/1933 M, Syeikh Haji Zubeir berkongsi mengasaskan Madrasah Dar al-Ulum ad-Diniyah di Syu'ib 'Ali, Mekah.
Saiyid Muhsin bin Ali al-Masawi al-Huseini selaku pengasas Dar al-Ulum ad-Diniyah itu bertindak sebagai Mudir yang pertama manakala Syeikh Haji Zubeir adalah Naib Mudir.
Saya tidak mengetahui sumber mana yang digunakan oleh Mohammad Redzuan sehingga dalam beberapa perkara terdapat perbezaan pendapat. Menurut beliau, selain Syeikh Haji Zubeir sebagai Mudir pertama Madrasah Dar al-'Ulum ad-Diniyah, disebutnya pula yang berusaha mengasaskan madrasah itu ialah Haji Abdul Majid Zainuddin. Haji Abdul Majid Zainuddin tersebut dikatakan meletakkan batu asas. Menurutnya lagi, bangunan untuk madrasah memulakan pengajian telah diwakafkan oleh Toh Puan Sharifah, iaitu isteri kepada Datuk Panglima Kinta (kertas kerja hlm. 7).
Saiyid Muhsin bin Ali al-Masawi al-Huseini meninggal dunia pada 1354 H/1935 M. Tempatnya sebagai Mudir Madrasah Dar al-Ulum ad-Diniyah diganti oleh Syeikh Haji Zubeir hingga tahun 1359 H/1940 M. Pada tahun yang sama, beliau pulang ke Malaysia setelah lama mengajar di Mekah dan mempunyai ramai murid.
AKTIVITI DI MALAYSIA
Setelah berada di Malaysia Syeikh Haji Zubeir seperti biasa bergiat dalam bidang pendidikan. Di antara madrasah-madrasah tempat beliau mengajar ialah Madrasah al-Huda, Madrasah al-Ulum asy-Syar'iyah, Madrasah al-Akhlaq al-Islamiyah, Masjid Tinggi, Bagan Serai. Terakhir sekali menjadi Mudir Madrasah al-Idrisiyah. Madrasah al-Idrisiyah mempunyai sejarah yang panjang dan tersendiri.
Mengenai Madrasah al-Ulum asy-Syar'iyah, berdasarkan buku Madrasah Al-Ulum Al-Syar'iyah Perak 1937 - 1977 oleh Sabri Haji Said, terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka, 1983, madrasah yang terletak di Batu 20, Bagan Datoh, Perak itu sejak mulai berdirinya mendapat sumbangan daripada Syeikh Haji Zubeir.
Bahawa terbinanya Madrasah al-Ulum asy-Syar'iyah adalah hasil inisiatif Haji Muhammad Arsyad bin Haji Muhammad Saleh. Menurut Sabri, penubuhan madrasah itu diadakan di Masjid Bagan Pasir dengan dipengerusikan oleh Syeikh Haji Zubeir bin Haji Ahmad pada 21 Oktober 1937 (Sabri, hlm. 32).
Nama madrasah itu diberi oleh Haji Muhammad Arsyad setelah berbincang dengan Syeikh Haji Zubeir bin Haji Ahmad (hlm. 33). Mudir Madrasah al-Ulum asy-Syar'iyah ialah Haji Muhammad Arsyad. Syeikh Haji Zubeir bin Haji Ahmad pada zaman penjajahan Jepun buat beberapa ketika pernah sebagai Wakil Mudir (hlm. 141).
Penglibatan Syeikh Haji Zubeir dalam Madrasah al-Akhlaq al-Islamiyah, Masjid Tinggi, Bagan Serai pula ialah beliau mengajar di madrasah tersebut pada 1946 hingga 1948.
Madrasah al-Akhlaq al-Islamiyah sangat erat hubungannya dengan Madrasah al-Ulum asy-Syar'iyah kerana didirikan oleh Haji Abdur Rahman bin Haji Arsyad pada tahun 1943. Haji Abdur Rahman ini ialah keluarga Dato' Haji Hasan Adli, seorang tokoh terkenal.
Rasanya riwayat ini tidak sempurna jika tidak menceritakan madrasah tersebut yang dianggap sebati dengan beberapa orang mudirnya, antaranya ialah Syeikh Haji Zubeir yang diriwayatkan ini. Madrasah al-Idrisiyah diasaskan pada tahun 1340 H/1922 M dekat Masjid Ubudiah, Bukit Chandan, Kuala Kangsar, Perak.
Madrasah tersebut didirikan berikutan titah Sultan Idris I Al-Mursyidul A'zam Syah, Sultan Perak pada zaman itu. Baginda menitahkan dibina madrasah itu kepada Tuan Guru Syeikh Haji Nawawi bin Haji Tahir. Senarai Mudir yang pertama Madrasah al-Idrisiyah hingga ulama yang diriwayatkan ini susunannya adalah seperti berikut: Haji Muhammad bin Haji Muhammad Saleh, berkhidmat (1922 - 1928), Syeikh Abdullah al-Maghribi (1928 - 1932), Syeikh Haji Abdullah Fahim (1932 - 1948) dan Syeikh Haji Zubeir bin Haji Ahmad 1948 - 1975).
Beliau belajar daripada Syeikh Abdur Rahman Firdaus al-Makki, Syeikh Muhammad Radhi al-Makki, Saiyid Ahmad Dahlan al-Makki, Syeikh Abdullah al-Ghadamsi al-Maghribi, Syeikh Tahir Jalaluddin al-Minankabawi al-Falaki dan Syeikh Husein Rafi'. Zubeir tamat belajar di madrasah tersebut pada bulan Syaaban 1342 H/Mac 1924 M. Kemudian beliau bersama kawan-kawannya melanjutkan pelajaran ke Mekah. Mereka ialah Ali Manshuri, Ahmad Manshuri, Ishaq Zain dan Abdul Majid Husein.
Sampai di Mekah mereka tinggal bersama Syeikh al-Qadhi Ahmad Qari. Mereka tiba di Mekah pada malam awal bulan Ramadan 1342 H/5 April 1924 M.
Pada bulan Syawal 1342 H/Mei 1924 M, Zubeir dan rakan-rakannya memasuki Al-Madrasah Hasyimiyah Syarif Husein bin Ali. Mereka mendapat pendidikan khusus daripada lima ulama iaitu Syeikh Umar Ba Juneid, Syeikh Jamal al-Maliki, Syeikh Habibullah asy-Syanqithi, Syeikh Muhammad Zaidan asy- Syanqithi dan Syeikh Umar Hamdan al-Mahrasi.
Pada tahun 1344 H/1925 M mereka sempat belajar di Madrasah Ash-Shaulatiyah sehingga mereka keluar dari madrasah itu pada tahun 1349 H/ 1930 M. Sewaktu di Madrasah Ash-Shaulatiyah itulah barangkali Zubeir mula bersahabat dengan Saiyid Muhsin bin Ali al-Masawi al-Huseini yang memasuki Madrasah Ash-Shaulatiyah tahun 1341 H/1923 M.
Para gurunya di Madrasah Ash-Shaulatiyah ialah Syeikh Salim Rahmatullah, Syeikh Mahmud Arif al-Bukhari, Syeikh Abdul Lathif al-Qari, Syeikh Hasan bin Muhammad al-Masyath, Syeikh Mukhtar Makhdum, Syeikh Abdullah al-Bukhari.
Selain mendapat pendidikan di madrasah, Zubeir juga mendapat pendidikan di Masjid al-Haram dan dengan ulama-ulama tertentu di rumah. Di antara guru beliau yang dapat dikesan ialah Syeikh Sa'id Yamani, anaknya Syeikh Hasan Yamani, Saiyid Abdullah Shalih az-Zawawi, Syeikh Muhammad Ali al-Maliki, Saiyid Shalih Syatha, Syeikh Muhammad al-Arabi at-Tubbani dan ramai lagi.
Daripada senarai nama para guru sejak dari Pulau Pinang hingga pendidikan di Mekah tidaklah diragui bahawa Syeikh Haji Zubeir adalah seorang putera Pulau Pinang yang cukup banyak mengumpulkan ilmu pengetahuan dalam berbagai-bagai bidang.
Madrasah Dar al-Ulum
Setelah tamat belajar di Madrasah ash-Shaulatiyah Syeikh, Zubeir menjalankan aktiviti mengajar di rumah dan di Masjid al-Haram, Mekah. Beliau mengajar ilmu-ilmu alat dan fiqh dalam Mazhab Syafie. Dalam Tasynif al-Asma juga disebut bahawa pada tahun 1352 H/1933 M, Syeikh Haji Zubeir berkongsi mengasaskan Madrasah Dar al-Ulum ad-Diniyah di Syu'ib 'Ali, Mekah.
Saiyid Muhsin bin Ali al-Masawi al-Huseini selaku pengasas Dar al-Ulum ad-Diniyah itu bertindak sebagai Mudir yang pertama manakala Syeikh Haji Zubeir adalah Naib Mudir.
Saya tidak mengetahui sumber mana yang digunakan oleh Mohammad Redzuan sehingga dalam beberapa perkara terdapat perbezaan pendapat. Menurut beliau, selain Syeikh Haji Zubeir sebagai Mudir pertama Madrasah Dar al-'Ulum ad-Diniyah, disebutnya pula yang berusaha mengasaskan madrasah itu ialah Haji Abdul Majid Zainuddin. Haji Abdul Majid Zainuddin tersebut dikatakan meletakkan batu asas. Menurutnya lagi, bangunan untuk madrasah memulakan pengajian telah diwakafkan oleh Toh Puan Sharifah, iaitu isteri kepada Datuk Panglima Kinta (kertas kerja hlm. 7).
Saiyid Muhsin bin Ali al-Masawi al-Huseini meninggal dunia pada 1354 H/1935 M. Tempatnya sebagai Mudir Madrasah Dar al-Ulum ad-Diniyah diganti oleh Syeikh Haji Zubeir hingga tahun 1359 H/1940 M. Pada tahun yang sama, beliau pulang ke Malaysia setelah lama mengajar di Mekah dan mempunyai ramai murid.
AKTIVITI DI MALAYSIA
Setelah berada di Malaysia Syeikh Haji Zubeir seperti biasa bergiat dalam bidang pendidikan. Di antara madrasah-madrasah tempat beliau mengajar ialah Madrasah al-Huda, Madrasah al-Ulum asy-Syar'iyah, Madrasah al-Akhlaq al-Islamiyah, Masjid Tinggi, Bagan Serai. Terakhir sekali menjadi Mudir Madrasah al-Idrisiyah. Madrasah al-Idrisiyah mempunyai sejarah yang panjang dan tersendiri.
Mengenai Madrasah al-Ulum asy-Syar'iyah, berdasarkan buku Madrasah Al-Ulum Al-Syar'iyah Perak 1937 - 1977 oleh Sabri Haji Said, terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka, 1983, madrasah yang terletak di Batu 20, Bagan Datoh, Perak itu sejak mulai berdirinya mendapat sumbangan daripada Syeikh Haji Zubeir.
Bahawa terbinanya Madrasah al-Ulum asy-Syar'iyah adalah hasil inisiatif Haji Muhammad Arsyad bin Haji Muhammad Saleh. Menurut Sabri, penubuhan madrasah itu diadakan di Masjid Bagan Pasir dengan dipengerusikan oleh Syeikh Haji Zubeir bin Haji Ahmad pada 21 Oktober 1937 (Sabri, hlm. 32).
Nama madrasah itu diberi oleh Haji Muhammad Arsyad setelah berbincang dengan Syeikh Haji Zubeir bin Haji Ahmad (hlm. 33). Mudir Madrasah al-Ulum asy-Syar'iyah ialah Haji Muhammad Arsyad. Syeikh Haji Zubeir bin Haji Ahmad pada zaman penjajahan Jepun buat beberapa ketika pernah sebagai Wakil Mudir (hlm. 141).
Penglibatan Syeikh Haji Zubeir dalam Madrasah al-Akhlaq al-Islamiyah, Masjid Tinggi, Bagan Serai pula ialah beliau mengajar di madrasah tersebut pada 1946 hingga 1948.
Madrasah al-Akhlaq al-Islamiyah sangat erat hubungannya dengan Madrasah al-Ulum asy-Syar'iyah kerana didirikan oleh Haji Abdur Rahman bin Haji Arsyad pada tahun 1943. Haji Abdur Rahman ini ialah keluarga Dato' Haji Hasan Adli, seorang tokoh terkenal.
Rasanya riwayat ini tidak sempurna jika tidak menceritakan madrasah tersebut yang dianggap sebati dengan beberapa orang mudirnya, antaranya ialah Syeikh Haji Zubeir yang diriwayatkan ini. Madrasah al-Idrisiyah diasaskan pada tahun 1340 H/1922 M dekat Masjid Ubudiah, Bukit Chandan, Kuala Kangsar, Perak.
Madrasah tersebut didirikan berikutan titah Sultan Idris I Al-Mursyidul A'zam Syah, Sultan Perak pada zaman itu. Baginda menitahkan dibina madrasah itu kepada Tuan Guru Syeikh Haji Nawawi bin Haji Tahir. Senarai Mudir yang pertama Madrasah al-Idrisiyah hingga ulama yang diriwayatkan ini susunannya adalah seperti berikut: Haji Muhammad bin Haji Muhammad Saleh, berkhidmat (1922 - 1928), Syeikh Abdullah al-Maghribi (1928 - 1932), Syeikh Haji Abdullah Fahim (1932 - 1948) dan Syeikh Haji Zubeir bin Haji Ahmad 1948 - 1975).
DISIPLIN PELAJAR MAAHAD
PERATURAN ASRAMA |
MAAHAD TAHFIZ AL-AKHLAK
|
Disiplin ialah
-kebolehan seseorang / individu
mengikut peraturan
-kebolehan seseorang / individu
menunjukan etika yang baik
-kebolehan seseorang / individu
mempratikkan nilai-nilai murni
-kebolehan seseorang / individu
mengawal disiplin diri
1. seperti mengatakan tidak
kepada ajakan-ajakan rakan
2. menepati
masa-sekolah, belajar, gotong royong
3. bertanggungjawab
4. meletakkan ilmu
adalah tujuan utama datang ke
sekolah
5. membezakan yang
salah dengan yang betul
6. dapat mengandaikan
kesannya jika melanggar disiplin
7. menanamkan
semanggat belajar yang tinggi
8. mempunyai cita-cita
9. tidak menghampakan
ibu bapa serta keluarga
Peraturan
Penyataan umum / khusus yang
dibekalkan oleh pihak Maahad atau digubal oleh sesuatu organisasi mengikut
situasi setempat yang harus diikuti oleh setiap individu atau orang lain yang
berada di kawasan tersebut. Ianya meliputi larangan-larangan atau
penyataan-penyataan yang berbentuk pesanan agar semua pihak yang berada /
tinggal di kawasan tersebut berasa selamat, gembira, ceria dan seronok.
Peraturan berkait rapat dengan
disiplin. Kalau peraturan-peraturan dipatuhi sepenuhnya ini akan mencerminkan
disiplin seseorang individu itu terpuji.
Jika peraturan ini dilanggar /
tidak diikuti / ini mencerminkan disiplin seseorang itu teruk dan individu itu
akan diberi tindakan disiplin.
Peraturan asrama
Segala
peraturan berikut berkuatkuasa sebaik sahaja seseorang pelajar melaporkan diri
untuk tinggal di asrama. Pelajar yang didapati tidak mematuhi mana-mana
peraturan boleh dikenakan tindakan yang sewajarnya oleh pihak Maahad.
Pendaftaran
1. Tinggal diasrama adalah satu
kemudahan yang diberikan oleh pihak sekolah kepada pelajar.
2. Pelajar wajib mendaftarkan diri
sebelum dibenarkan tinggal di asrama.
3. Jangan
ubahsuai/memindahkan/menulis/merosakkan apa-apa peralatan yang telah dibekalkan
di asrama.
4. Sekiranya terdapat kerosakan pada
peralatan yang digunakan sila laporkan kepada waden asrama masing-masing.
5. Pelajar dilarang bertukar
asrama/bilik tidur/tidur di asrama lain tanpa kebenaran waden.
Tingkahlaku
dilarang
6. Merokok/berjudi/menghidu gam/membawa
dan meminum minuman keras/ benda & senjata tajam/alatan elektrik dan
lain-lain yang difikirkan boleh mengancam keselamatan adalah dilarang sama
sekali (rujuk jenis dan kod salahlaku kpm)
7. Membuat sambungan litar tambahan pada
mana-mana peralatan elektrik adalah dilarang.
8. Lilin/mancis/mercun dan bahan bakar
yang lain adalah dilarang penggunaannya.
9. Pelajar dilarang membawa makanan ke
asrama.
10.Amalkan sikap menghormati orang lain. Elakkan
bising yang keterlaluan seperti menjerit, menyanyi, bermain di dalam bilik,
mengetuk katil/almari sehingga boleh mengganggu orang lain.
Kebersihan
11.Pengawas bilik mesti menyediakan jadual bertugas
dibilik asrama masing-masing.
(jadual bertugas dan carta organisasi bilik wajib
dipamerkan)
12.Pelajar yang telah ditugaskan, perlu
bertanggungjawab terhadap tugas yang telah diamanahkan kepadanya.
13.Pelajar harus menjaga kebersihan bilik &
kawasan asrama (tandas & bilik mandi).
14.Kawasan tempat tidur/kasut/selipar/penyapu harus
kemas & tersusun rapi.
15.Sampah dalam tong sampah hendaklah sentiasa dibuang
di tapak pembuangan sampah.
16.Pakaian haruslah dijemur pada ampaian yang telah
disediakan. pelajar dilarang menyidai pakaian yang basah di dalam bilik.
17.Pelajar wajib menyertai go-ro (gotong royong)
asrama mengikut arahan warden.
Lampu
asrama
18.Adalah tanggungjawab penghuni asrama/pengawas
memastikan suis lampu ditutup apabila meninggalkan asrama/bilik. (jimat
elektrik)
19.Tidur malam lampu perlu dipadamkan jam 10.00
malam. pelajar dilarang berkeliaran dikawasan asrama/kelas dan lain-lain tempat
selepas jam 10.00 malam tanpa kebenaran/penyeliaan guru/waden.
Sakit
20.Pelajar yang sakit perlu mendapatkan rawatan
dengan berjumpa penyelia asrama/waden/guru. jangan mendiamkan diri.
21. Jangan menghalang kedua-dua pintu keluar di
bilik asrama.
22. Susun katil/almari dengan teratur tanpa
menghalang laluan.
23.Laporkan sebarang kerosakan(suis, litar
elektrik dll)/kejadian yang berlaku kepada waden bertugas dengan segera.
24.Pelajar dilarang membawa kenderaan ke asrama.
25.Membawa barang-barang berharga (emas/perak)
adalah dilarang sama sekali.
26.Amalkan tingkahlaku yang sopan dari segi
berpakaian. penggunaan seluar jean adalah dilarang.
27.Pastikan almari dikunci, duit/kad pengenalan
dibawa bersama setiap kali anda keluar dari asrama.
Belajar
malam
28.Masa belajar malam ialah bermula dengan solat
Maghrib berjemaah.
29.Pelajar asrama wajib belajar malam di kelas yang
telah ditentukan. Elakkan bertukar kelas tanpa kebenaran waden.
30.Amalkan etika yang baik semasa belajar dengan
suasana yang senyap dan tanpa pergerakan.
31.Gunakan waktu belajar malam untuk membuat
latihan /hafalan / mengulangkaji. (ilmu pelita hidup)
Makan/minum
Jenis-jenis salahlaku
a: Tingkahlaku
jenayah
1. berjudi
2. mencuri
3. melawan/mengancam/memukul guru
4. melawan/mengancam/memukul pengawas
5. melawan/mengancam/memukul murid lain
6. memeras ugut
7. membuli
8. mengotai kumpulan haram/kongsi gelap
9. menyalahgunakan dadah
10. membawa
senjata membahaya
11. mencabul
kehormatan
12. menceroboh
bilik khas/kedai/koperasi/asrama/pejabat
13. menunjuk
perasaan
14. bertaruh
secara besar-besaran
15. bertumbuk
/berkelahi
16. menghidu
gam / liquid
b: Tingkahlaku
lucah
1. bercumbu-cumbuan
2. berkhalwat
3. menceroboh asrama perempuan/lelaki
4. membawa bahan-bahan lucah
5. mengintai murid perempuan/lelaki
6. menggunakan kata dan perbuatan lucah
7. melukis dan menulis kata-kata lucah
8. berdua-duaan (bercinta)
c: Kekemasan
diri
1. berambut panjang/berfesyen/berwarna
2. berkuku panjang
3. bermisai/berjangut
4. memakai pakaian yang tidak mengikut peraturan
sekolah
5. memakai barang perhiasan/anting/emas/perak
6. mencukur bulu mata/kening
d: Tidak
memetingkan masa
1. berkeliaran di kawasan sekolah
2. datang lewat ke sekolah
3. lewat ke perhimpunan
4. makan dikantin diluar waktu rehat
5. lewat pulang ke arsama
e: Tingkahlaku
kurang sopan/biadab
1. berkelakuan kasar terhadap guru
2. berkelakuan kasar terhadap pengawas
3. berkelakuan kasar terhadap murid
4. berbahasa kesat
5. menyimpan rokok
6. menghisap rokok
7. mengganggu pelajaran dan pembelajaran
8. tidak menghormati guru
9. ingkararahan guru/pengawas
f: Tingkahlaku
musnah
1. merosakkan hartabenda sekolah/
guru/asrama/murid/kantin
g: Ponteng
1. ponteng kelas
2. ponteng sekolah
3. ponteng perhimpunan
4. ponteng kegiatan kokurikulum/aktiviti luar bilik
darjah
5. ponteng ujian
6. ponteng peperiksaan
7. ponteng belajar malam
8. ponteng gotong royong asrama
Tindakan-tindakan yang dikenakan kepada
pelajar yang melanggar disiplin
1. teguran lisan/bertulis (rekod disimpan)
2. hantar ke unit bimbingan dan kaunseling (rekod)
3. amaran (ibu bapa dipanggil) (rekod) – ssdm
4. rotan 1 kali (ibu bapa dipanggil) (rekod)
5. rotan 2 kali (ibu bapa dipanggil) (rekod)
6. rotan 3 kali (ibu bapa dipanggil) (rekod)
7. gantung asrama (pelajar asrama) (ibu bapa
dipanggil)-(rekod)
8. gantung sekolah (ibu bapa dipanggil) (rekod)
9. buang asrama (pelajar asrama)-tak layak tinggal di
asrama tahun akan datang
10. panggil polis – mencuri, menghidu gam, dadah, berkelahi,
peras ugut (buli)
11. kes kerosakan – pelajar dikehendaki membayar kos (harga)
barang yang rosak, bayar kos pengangkutan, bayar kos pembaikan.
adap sopan
1.Hendaklah berbaris apabila mengambil makanan. (elakkan
dari berebut-rebut).
2.Gunakan pakaian yang sesuai, bersih dan kemas. (topi,
singlet,baju nipis dan berlubang dilarang)
3.Pelajar yang berpeluh, kotor selepas bersukan
tidak dibenarkan masuk ke dewan makan.
4.Tanggalkan kasut/selipar di luar dewan apabila
hendak masuk ke dewan makan.
5.Elakkan membuat bising, berteriak, mengetuk
pinggan dan meja di dewan.
6.Elakkan membazir dan ambil makanan mengikut
kemampuan selera.
7.Jangan membaling dan menyebarkan makanan merata
tempat.
Kebersihan
8. Mana-mana guru/pelajar yang
menggunakan dewan seperti perjumpaan kelab, rumah sukan, kelas-kelas
peperiksaan, taklimat, jamuan dan sebagainya harus memastikan sampah
dibersihkan dan susun kerusi meja dalam kedudukan asal sebelum meninggalkan
dewan.
9. Jangan meludah di dalam dan di luar
kawasan dewan.
10.Bersihkan tangan dan alatan (pinggan, sudu
dan cawan) terlebih dahulu sebelum makan/mengambil makanan.
11.Jangan membuang sisa makanan ke bawah lantai.
eloklah dikumpulkan di atas meja dan dibuang di tempat khas yang telah
disediakan di luar dewan.
12.Kelas bertugas membersihkan dewan wajib
menjalankan kerja pembersihan pagi, tengahari dan petang.
lain-lain
13.Membawa makanan ke asrama adalah dilarang sama
sekali.
14.Lampu/kipas hendaklah sentiasa ditutup selepas
meninggalkan dewan.
15.Semua pelajar bertanggungjawab memastikan agar
peralatan di dewan (pintu, meja, lansir dan kerusi dewan) dalam keadaan
yang teratur dan sempurna
16.Pengawas dewan makan harus memastikan
pembersihan dewan dijalankan dengan sempuna.
17.Pengawas dewan makan perlu melaporkan segala
tingkahlaku yang kurang sopan oleh pengguna dewan kepada waden bertugas.
Peraturan keluar/ masuk kawasan sekolah (pelajar)
Keselamatan diri
1. Pastikan anda ada kebenaran daripada pihak sekolah/waden.
(isi
borang kebenaran keluar/ ditandatangani buku/kad keluar)
2. Pelajar wajib meningggalkan buku/kad keluar pada pondok
jaga. apabila balik ke sekolah ambil semula.
3. Wajib keluar @ berjalan secara bertiga atau berkumpulan.
(elakkan keluar berseorangan).
4. Elakkan menumpang kereta/motorsikal orang yang tak
dikenali.
(jangan mudah diajak/dipelewa/terpedaya).
5. Jika melintas jalan, pastikan melihat kiri dulu,
kemudian kanan dan lihat kiri sekali lagi. (sentiasa berwaspada).
Keluar ke pasar
6. Pelajar dibenarkan keluar ke pasar pakan pada pagi ahad
(jam 7. 00 pagi – 11.30 pagi) minggu tidak balik kampung dengan menggunakan
pakaian seragam sekolah.
7. Pelajar yang memerlukan rawatan di klinik desa pakan
juga wajib menggunakan pakaian seragam sekolah serta membawa bersama kad
perubatan serta memberitahu waden bertugas.
Balik
kampung pelajar asrama
8.Pelajar asrama balik kampung sebulan sekali dengan berjubah.
LEMBAGA DISIPLIN MAAHAD
Subscribe to:
Posts (Atom)